Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sudah berlangsung untuk menurunkan perkara penambahan kasus Covid-19, komponen industri kreatif khususnya industri film pun sudah melaksanakan antisipasi . Dalam pembahasan yang lalu, pihak penyelenggara bioskop telah dengan aktif pula mengikuti kebijakan tersebut, namun tak bisa disangkal para pengunjung bioskop tetap merasa kangen dengan suasana yang biasa dilakukan ketika menonton tatap muka.
Namun kebijakan tetap kebijakan , dan netizen juga harus mengikuti. Tentunya menarik juga jikalau , melihat dari sisi netizen , seni manajemen mereka dalam menjalani PSBB ini. Baca : Industri Kreatif Dalam Menghadapi PSBB Untuk Atasi Covid-19 (1)
Berikut korespondensi lanjutan cinemags terkait industri film dan solusinya dalam menghadapi PSBB
2.Film Fund
Ideosource , yaitu venture capital menyediakan pembiayaan ekuitas bagi perusahaan antara lain perusahaan yang bergerak dalam industri film . Andi S Boediman, Partner Ideosource, dikala dihubungi menyampaikan bahwa “Tantangan terbesar dari industri film dikala ini yaitu penutupan bioskop dan penghentian produksi film. Ini dampaknya yakni tidak ada perputaran uang di industri film dan pekerja film tidak mendapatkan income sama sekali. Ada empat film project yang terhenti prosesnya dalam banyak sekali kondisi, ada yang masih produksi, ada yang sudah diproduksi dan belum mampu tayang dan ada yang masih dalam tahap praproduksi.”
Dengan adanya kebijakan PSBB , dampak yang diterima pada industri kreatif pada umumnya menjadi sangat besar, serta mau tidak mau akan membuat perubahan dalam model bisnis dan juga cara pendistribusiannya . Lebih jauh disampaikan bahwa industri film akan terdampak setidaknya selama jangka waktu satu sampai dengan dua tahun kedepan , sehingga OTT memang menjadi alternatif utama bagi produksi konten di mana fokusnya adalah series production.
Selama kebijakan dalam mengatasi Covid-19 ini pula konsumsi televisi dan OTT (over the top) seperti Netflix, GoPlay semuanya naik, sehingga konten yang sudah diproduksi bisa ditayangkan ke media OTT ini. Tentunya perbedaan platform OTT dengan konvensional dilihat dari sudut pandang marketing, biasanya menjadi tanggung jawab produser dan film studio, sedangkan untuk OTT menjadi tanggung jawab OTT player. Namun bahu-membahu jika dilihat dari sudut pandang produser sisi kontrolnya menjadi berkurang powernya, tetapi dari sisi usaha menjadi lebih ringan.
Nah tentunya terkait dengan perubahan model bisnis ini, menarik juga melihat dari segi penontonnya dan netizen pada umumnya . Penonton yang mampu diukur dikala ini, dapat diambil antara lain melalui sudut pandang komunitas film
3.Komunitas Film
Bagi komunitas KOMiK , kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan secara offline, segera dirubah semuanya menjadi online dengan cara mengaktifkan semua media umum milik komunitas. Kuis-kuis yang telah diadakan, sebagai pengganti acara offline, mirip kemarin ketika memperingati hari film nasional selama jangka waktu lima hari, ternyata telah menerima banyak respon nyata.
Hal inilah yang menjadikan di bulan April ini, akan dibentuk acara kuis perfilman yang dikaitkan dengan hari Kartini, hari Bumi dan jelang Ramadhan. Para anggota komunitas juga tetap didorong untuk melaksanakan review-review film yang mampu mereka lihat , melalui streaming ( OTT ). Tak hanya itu ,KOMiK tak tanggung-tanggung saat ini sedang mempersiapkan aktivitas penyusunan buku sejarah film horor Indonesia , sesudah sebelumnya sukses menerbitkan buku dengan judul Sinema Indonesia Apa Kabar?
KO-Magz edisi April akan mengangkat lipsus wacana situasi perfilman selama era pandemi. Juga ada liputan khas seputar hari Kartini, hari Bumi, dan jelang Ramadhan. Nah yang punya tulisan dengan tema-tema tersebut segera unggah di Kompasiana ya.
— @Komik_Ksiana (@komik_ksiana) April 2, 2020
Kegiatan demi acara yang aktif dilakukan komunitas KOMiK ini menerima juga perhatian dari platform aplikasi lifestyle RecoMe , yang memasukkan komunitas ini ke dalam isu informasi dalam platform. Tak ayal lagi selama masa PSBB , mau tak mau platform ini juga mengalami hambatan mirip tidak bisa mengadakan event-event secara offline seperti biasanya dan juga penggunaan terhadap aplikasinya menjadi menurun, dikarenakan banyaknya film yang diundur juga , sehingga tentunya menghambat keaktifan para penggunanya untuk menambah ulasan film gres di dalam aplikasi.
Strategi jitu yang dilakukan adalah dengan tetap peduli dan memperhatikan kebutuhan pemakai selama abad pandemi Covid-19. Juga turut berupaya membantu pengurangan kegiatan di luar rumah dengan mengadakan acara-acara secara online baik melalui aplikasi ataupun media umum sehingga pengguna RecoMe bisa terus menikmati manfaat yang RecoMe berikan.
Adapun komunitas Gila Film, yang merupakan salah satu komunitas yang aktif dalam melaksanakan acara-acara offline dan offline dalam industri film ketika dihubungi menyampaikan bahwa kebijakan PSBB ini tidak begitu mensugesti tingkat keaktifan komunitas , alasannya adalah masih tetap melakukan komunikasi melalui grup chat telegram atau WhatsApp. Bahkan aktivitas online yang biasa dilakukan mirip diskusi ringan, kegiatan games kecil-kecilan tetap dilakukan . Para anggota juga berkesempatan untuk menawarkan inspirasi-ilham terkait acara tersebut, beberapa anggota juga memperkenalkan aneka platform aplikasi mirip discord , untuk nonton bareng secara online dan mengobrol melalui voice chat
Lebih lanjut Muhammad Zuliandra Guci, yang lebih dikenal sebagai Zul, juga menyampaikan bahwa dikala ini Gila Film sedang aktif dalam pembuatan film. Anggota komunitas yang terlibat, gotong royong saling belajar dan memproduksi film yang krunya dari anggota dan sahabat-sahabat Gila Film sendiri. Melalui platform online inilah waktu yang tersedia, dipakai dengan mempersiapkan lebih matang lagi penulisan skenario, brainstorming ilham cerita, pemilihan wardrobe , talent dan sebagainya.
Kaprikornus ketika situasi sudah kondunsif, akan aneka macam hal-hal yang dieksekusi tolong-menolong, yakni produksi film pendek dan web series. Adapun untuk berkomunikasi dalam persiapan ini, secara spontanitas dan juga mampu bersiklus melalui aplikasi zoom.
Beberapa waktu lalu, Gila Film memang telah menyelesaikan salah satu produksi film pendeknya yang berjudul Bilal , dan berhasil masuk seleksi semifinal di Les Mains Gauches Film Festival di Marseille, Franc3.
Baru dapet kabar, film pendek kolab Gila Film dan Anak Ayam Films 'Bilal' masuk seleksi semifinal di Les Mains Gauches Film Festival, in Marseille, France. Kabar bangga buat MinGil dan tim yang bisa dirumah aja 😅 pic.twitter.com/L5GkVgjj2Z
— GILAFILM.id (@GilaFilmID) April 14, 2020
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu anggota komunitas Gila Film , Aisyah Syihab. Komunikasi online yang dilakukan sesama anggota mencakup games tebak emoji dan BINGO. Tebak emoji biasanya mengenai film, pengetahuan umum, hingga ke member komunitas. Sedangkan BINGO yang dibentuk, biasanya menurut atas pengalaman anggota ketika menjadi penonton bioskop dan juga pengalaman selama menjadi anggota komunitas. BINGO ini lalu di-share pula ke instagram @gilafilm , semoga lebih banyak juga yang dapat memainkannya.
Ditambahkan lagi bahwa sejauh ini komunitas telah dua kali melakukan kegiatan tersebut, dengan diikuti belasan anggota, sehingga mampu saling menghibur di tengah kepenatan dan kepanikan mengahadapi Pandemi Covid-19.
Harapan bersama saat ini dari komunitas yakni sehabis kebijakan PSBB dan pandemi ini berakhir mampu menonton bareng lagi di bioskop, film Wonder Woman 1984.
Hal menarik juga dilakukan oleh beberapa netizen yang menyukai film dengan membuat video permainan dengan tema #fightfromhome #quarantinefightchallenge
Iseng-iseng tapi gak berhadiah
Dikirim oleh Chairandy Fajri pada Rabu, 15 April 2020
Berlanjut pada Riza Pahlevi yang juga aktif dalam beberapa komunitas film, alasannya kegemarannya mereview dan menciptakan film, menyampaikan juga beberapa waktu lalu melalui aplikasi instagram live , sampai grup chat akan produksi film pendek terbarunya yang berjudul ASTAGHFIRULLAH.
Dalam korespondensi selanjutnya, Riza Pahlevi juga memberikan ” dengan adanya kebijakan PSBB ini , pengaruh, yang paling terdampak adalah nggak bisa shooting. Untuk pra produksi dan pasca masih mampu dilakukan tapi dengan keterbatasan, karena nggak bisa survey ke lapangan, meeting langsung, dll. Secara umum ke hold semua acara. Kalau untuk film pendek, alasannya mediumnya online, jadi ya masih lancar2 aja.”
Bagi yang penasaran , dapat melihat film pendek ASTAGHFIRULLAH dibawah ini: